LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR - MEMBUAT LARUTAN STANDAR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Pengertian Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute)dan zat pelarut (solvent). Fase larutan dapat berupa fase gas, cair, atau fase padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalm jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya.
            Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan, dikenal larutan biner (tersusun dari dua jenis zat), larutan terner (3 jenis zat penyusun), larutan kuartener (4 jenis zat penyusun). Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan elektrolit (larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu, dikenal:
1.         Larutan tak jenuh        : larutan yang masih dapat melarutkan sejumlah zat terlarutnya.
2.         Larutan jenuh  : larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal pada suhu tertentu
3.         Larutan yang mengandung zat terlarut melebihi jumlah maksimalnya
(Drs. Mulyono HAM, M.Pd, 2006).
2.2       Larutan Standar
            Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sufah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekundet. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi. Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day, Underwood, 1999).
            Standardisasi  larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara menitrasi dengan larutan standar primer (John, Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk menitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekuivalen adalah titik yang banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.
            Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri atau dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah analit tertentu yang merupakan bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W.Haryadi, 1990). Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yang tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.
            Zat cair yang larut satu sama lain disebut saling bercampur. Bila kedua zat cair mempunyai ikatan polar akan saling melarut. Dua zat cair nonpolar saling melarut juga satu sama lain. Tetapi zat cair polar dengan zat cair nonpolar saling tidak bercampur, dan akan terpisah jadi dua lapisan (Dr. Hamzar Suyani, M.Sc dan Drs. Zaimi, Ms, 2001).
2.3       Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut. Beberapa satuan konsentrasi yaitu :
2.3.1    Molaritas (M)
            Satu molar, atau 1 M suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol suatu zat terlarut di dalam 1 liter larutan, atau 1 mmol zat itu terlarut dalam  ml larutan. Secara matematis dapat dinyatakan :
M =  =  =  x
Kemolaran larutan dapat diubah dengan ditambahkan zat terlarut atau ditambahkan pelarut, dan berlaku rumus pengenceran.
M1.V1=M2.V2
Keterangan :    
M1 = molaritas pada zat pertama
            M2 = molaritas pada zat kedua
            V1 = volume pada zat pertama
            V2 = volume pada zat kedua
2.3.2    Molalitas (m)
            Molalitas dapat didefinisikan sebagai banyak mol zat terlarut yang dilarutkan dalam satu kilogram (1000 gr) pelarut. Secara matematis dapat dituliskan :
m =  =  x
2.3.3    Normalitas (N)
Normalitas adalah jumlah mol ekivalen zat terlarut per liter larutan. Secara matematis dapat dituliskan :
m =  = x  =  x
Hubungan antara konsentrasi normalitas dan molaritas adalah L :
N = molaritas x valensi, di mana valensi menyatakan banyaknya mol ion hidrogen  permol senyawa zat terlarut yang dapat melepas (atom) atau bereaksi dengan (basa) (James, 1989).
2.3.4    Persen Massa atau Berat (% massa)
            Persen massa menyatakan jumlah larutan zat terlarut per total dari massa zat terlarut dan massa zat pelarut dalam 100 gram larutan. Secara sistematis dapat di tuliskan :
% massa =  x 100%
2.3.5    Persen Volum (% volum)
            Persen volum menyatakan jumlah larutan zat dalam 100 liter larutan. Secara sistematis dapat dituliskan :
% volum =  x 100%
2.3.6    Fraksi Mol (X)
            Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen-komponen.
Xterlarut =
Xpelarut =
Di mana jumlah fraksi mol dari semua komponen larutan adalah 1 (James, 1989).
2.4       Analisis Volumetri
Merupakan analisis kuantitatif  yang pada umumnya dilakukan dengan mengukur banyaknya volume larutan standar yang dapat bereaksi kualitatif dengan larutan zat yang dianalisis yang banyaknya tertentu dan diketahui. Syarat-syarat reaksi pada volumetri :
1.         Reaksi harus berlangsung cepat
2.         Tidak terdapat reaksi samping
3.         Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reakstan dan produk serta perbandingan mol atau koefisien reaksinya.
4.         Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut indikator.
Analisis volumetri dapat digolongkan menjadi :
1.         Reaksi-reaksi netralisasi (asidimetri dan alkalimetri)
Proses ini meliputi titrasi asam bebas atau asam yang berasal dari hidrolisis garam-garam basa lemah, dengan suatu larutan standar basa (alkalimetri) dan titrasi basa bebas atau basa yang berasal dari hidrolisis garam-garam asam lemah, dengan suatu larutan standar asam (asidimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan penggabungan ion-ion hidrogen dengan hidroksida membentuk air.
2.         Reaksi-reaksi pembentukan senyawa kompleks
Proses ini merupakan reaksi-reaksi ion (selain ion hidrogen dan hidoksida) membentuk suatu ion atau senyawa larut, kurang terdissosiasi. Termasuk dalam kelompok ini adalah reaksi pada titrasi larutan sianida dengan perak nitrat, ion klorida dengan larutan raksa (II) nitrat.
3.         Reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi
Proses ini melibatkan perubahan bilangan oksidasi atau transfer elektron diantara zat-zat yang bereaksi. Larutan standar yang digunakan terlibat dalam reaksi reduksi-oksidasi.
4.         Reaksi-reaksi pengendapan
            Proses ini merupakan reaksi ion-ion membentuk endapan
(Khopar,S.M,1990).













BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1       Alat dan Bahan
3.1.1    Alat-Alat
1.         Pipet VolumeGelas Ukur
2.         Labu Ukur 50 ml
3.         Neraca Digital
4.         Botol Semprot
5.         Kaca Arloji
6.         Spatula
7.         Filler (karet penghisap)
3.1.2    Bahan-Bahan
1.         Aquades secukupnya
2.         NaOH 0,1 M dan 0,1 N
3.         HCl 0,1 M dan 0,1 N
3.2       Cara Kerja
Zat murni yang ingin dibuat menjadi larutan standar dihitung dahulu dengan konsentrasi normalitas. Kemudian zat murni yang ditimbang dengan mnggunakan neraca digital dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Setelah itu ditambahkan aquades ke dalam labu ukur sampai garis batas atau volume tepat. Langkah terakhir larutan di kocok sampai bercampur sempurna.


DAFTAR PUSTAKA
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisa Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Dr. Hamzar Suyani, M.Sc dan Drs. Zaimi, MS. 2001 Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Padang: Laboratorium Dasar Universitas Andalas Padang.
Drs. Mulyono HAM, M.Pd. 2006. Membuat Reagen Kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
James, Bray E. 1989. Kimia Universitas. Edisi: 5. Jakarta: Erlangga.
John, Kenkel. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis Publishers .
Khopar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
W. Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: Gramedia.

Berikut ini juga saya lampirkan beberapa laporan lainnya yang mungkin akan sangat bermanfaat bagi anda semua.
Laporan KIMIA DASAR lainnya :

Laporan Kimia Organik :

Laporan Kimia Analisa :

Laporan Fisika Dasar :

Laporan Kimia Fisika :


SHARE

Abie L

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment