BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Termokimia
Termokimia adalah ilmu
kimia yang mempelajari perubahan energy panas (kalor) yang menyertai reaksi
kimia. Dalam mempelajari termokimia dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem
adalah zat atau bagian alam semesta yang menjadi objek penelitian, sedangkan
lingkungan adalah bagian alam semesta yang membatasi sistem atau daerah yang
berada di luar sistem.
Ada tiga jenis sistem
yang berhubungan dengan pertukaran energi, antara lain:
1. Sistem
terbuka
Pada
sistem terbuka terjadi pertukaran energi dan materi dengan lingkungan, atau sistem
yang dapat dilewti energi atau zat. Misalnya air panas dalam panci yang tidak
ditutup akan menguap sambil mengeluarkan panas ke lingkungan.
2. Sistem
tertutup
Pada
sistem tertutup terjadi pertukaran energi tetapi tidak terjadi pertukaran materi
dengan lingkungan. Misalnya air panas di dalam gelas yang tertutup.
3. Sistem
terisolir atau tersekat
Pada sistem terisolir
tidak terjadi pertukaran energi atau materi dengan lingkungannya. Dengan kata
lain suatu sistem yang tidak dapat ditembuskan atau dilewatkan energi panas
atau zat. Misalnya air panas dalam termos (Priyo
Kuncoro,2008).
Sukardjo 1984, mengatakan bahwa termokimia adalah bagian dari termodinamika yang mempelajari perubahan–perubahan
panas yang meliputi reaksi-reaksi kimia. Banyak panas yang timbul atau
diperlukanpada reaksi kimia disebut panas reaksi. Pada volume tetap sama dengan
perubahan energi dalamnya. Besarnya panas reaksi tergantung pada jenis reaksi,
keadaan fase zat-zat dalam reaksi, jumlah zat yang bereaksi, dan suhu reaksi
(Team jurusan Teknik Kimia, 2012).
2.2 Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Berdasarkan arah
perpindahan kalor, reaksi dibedakan menjadi reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm.
1. Reaksi
eksoterm
Reaksi
eksoterm adalah reaksi kimia yang melepaskan atau membebaskan panas (kalor) dan
terjadi perpindahan panas dari sistem ke lingkungan. Jadi pada reaksi eksoterm
sistem membebaskan energi. Pada reaksi ini entalpi zat hasil reaksi (H produk)
lebih kecil dari pada entalpi pereaksi (H reaktan). Oleh karena itu, perubahan
entalpinya bertanda negatif. Hal ini dapat diamati dari naiknya suhu
lingkungan.
2. Reaksi
endoterm
Reaksi
endoterm adalah reaksi yang menyerap panas (kalor) dan terjadi perpindahan
panas dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi ini entalpi zat hasil (H produk)
lebih besar dari pada entalpi pereaksi (H reaktan). Oleh karena itu perubahan
entalpi bertanda positif. Hal ini dapat diamati dari turunnya suhu lingkungan.
2.3 Panas
Reaksi
Panas reaksi dapat
dinyatakan sebagai perubahan energy produk dan reaktan pada volume konstan (∆E)
atau pada tekanan konstan (∆H).
Reaktan (T) → Produk (T)
∆E
= E(produk) – E(reaktan) ..….………… (2.1)
Pada temperatur konstan dan volume
konstan.
∆H = H(produk) – H(reaktan) ..….………… (2.2)
Jika
∆E dan ∆H positif, reaksi dikatakan endoterm dan jika ∆E dan ∆H negatif, reaksi
dikatakan endoterm.
2.4
Kapasitas Panas
Kapasitas
panas adalah banyaknya panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat
sebanyak 1OC (atau 1OK). Banyaknya panas yang dibutuhkan akan bergantung pada
cara panas itu diserap atau dilepaskan. Panas dapat diserap dalam keadaan
volume tetap atau dalam keadaan tekanan tetap. Kapasitas panas pada volume
tetap Cv dapat dinyatakan sebagai berikut:
Cv
= ...….……………… (2.3)
2.5
Energi Ikatan
Energi ikatan adalah jumlah energi
yang dibutuhhkan atau yang timbul untuk memutuskan atau menggabungkan suatu
ikatan kimia tertentu. Pada reaksi eksoterm besarnya energi yang timbul dari
penggabungan ikatan lebih besar dari pada energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan.
2.6
Perubahan Entalpi
Perubahan
entalpi adalah perubahan panas dari reaksi pada suhu dan tekanan yang tetap,
yaitu selisih antara entalpi zat-zat hasil dikurangi entalpi zat-zat reaktan.
∆H = Hh–Hr ……..….…………. (2.4)
Keterangan:
∆H = perubahan entalpi
Hh = entalpi hasil reaktan
Hr
= entalpi zat reaktan
Perubahan
entalpi yang mengikuti perubahan fisik atau kimia dapat diukur dengan kalorimeter.
Pengukuran itu dilakukan dengan memantau perubahan temperatur yang mengikuti
proses yang terjadi pada tekanan tetap. Salah satu cara untuk melakukan ini
pada reaksi pembakaran adalah denngan menggunakan kapasitas kalor sebagai faktor
konversi.
Cara
lain untuk mengukur ∆H adalah dengan mengukur perubahan energi dalam dengan kalorimeter
bom, kemudian mengubah ∆U menjadi ∆H. Karena padatan dan cairan mempunyai
volume moralitas yang kecil, maka PV menjadi sangat kecil. Nilai ∆H dan ∆U
hampir sama untuk reaksi yang tidak melibatkan gas. Salah satu cara untuk
melakukan ini pada reaksi pembakaran adalah denngan menggunakan kapasitas kalor
sebagai faktor konversi.
Hukum Hess
Bunyi hukum Hess adalah “Kalor
reaksi dari suatu reaksi tidak bergantung apakah reaksi tersebut berlangsung
satu tahap atau beberapa tahap”. Di mana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi secara aljabar, disebut hukum
Hess mengenai penjumlahan panas konstan. Dasar dari hukum ini adalah entalpi
internal adalah suatu besaran yang tidak bergantung pada jalan reaksinya.
Setiap reaksi memiliki ∆H yang tetap dan tidak bergantung pada jalan reaksi
atau tahap reaksi, ∆H dari beberapa reaksi dapat dijumlahkan sesuai dengan
penjumlahan reaksi-reaksinya.
2.8 Panas Pembakaran
Panas pembakaran adalah panas reaksi
di mana mol zat dioksidasi secara sempurna. Jika senyawa berisi C, H, O, dan N.
Produk teroksidasi adalah CO2, H2O, N2, dan
persamaannya dapat diseimbangkan untuk senyawa yang mengandung halogen, sulfur,
fosfor, dan lain-lain.
2.9 Definisi Termodinamika
Termodinamika
adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Termodinamika juga
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara panas dan
bentuk energi lain (kerja).
1. Kerja
Kerja adalah hasil kali
antara gaya dan jarak. Kerja dapat berupa kerja mekanik seperti pada
pengembangan gas, dapat pula berupa kerja elektrik, kerja magnetik, dan
bentuk-bentuk kerja yang lain.
2. Panas
Panas
merupakan yang ditransformasikan sebagai akibat adanya perbedaan suhu. Energi
panas selalu berpindah dari sistem panas ke sistem dingin. Panas merupakan faktor
ekstensif yang artinya tergantung pada
jumlah zat. Suhu adalah faktor intensif dan besarnya tidak tergantung pada
jumlah zat. Dalam termodinamika kami akan banyak membahas tentang sistem dan
lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan
yang berada di sekeliling (diluar) sistem disebut lingkungan.
2.10 Usaha Luar
Usaha luar dilakukan oleh si\stem,jika
kalor ditambahkan (dipanaskan) atau kalor dikurangi (didinginkan) terhadap sistem.
Jika kalor diterapkan kepada gas yang menyebabkan perubahan volume gas, usaha
luar akan dilakukan oleh gas tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gas ketika
volume berubah dari volume awal V1 menjadi volume akhir V2
pada tekanan P konstan dinyatakan sebagai hasil kali tekanan dengan perubahan
volume.
W = P∆V = P(V2-V1) ..……..….…..……. (2.5)
Secara umum, usaha dapat dinyatakan
sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai:
W = .……..….…………. (2.6)
Tekanan
dan volume dapat diperoleh dalam grafik P-V. jika perubahan tekanan dan volume
gas dinyatakan dalam bentuk grafik P-V, usaha yang dilakukan gas merupakan luas
daerah dibawah grafik P-V. Hal ini sesuai dengan operasi integral yang ekivalen
dengan luas daerah dibawah grafik.
Gas dikatakan melakukan usaha
apabila volume gas bertambah besar (mengembang) dan V2>V1. Sebaliknya gas
dikatakan menerima usaha (atau usaha dilakukan terhadap gas) apabila volume gas
mengecil V2<V1, dan usaha gas bernilai negative.
2.11 Energi Dalam
Suatu
gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memeiliki energi dalam gas
berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas
tersebut. Meskipun gas tidak memiliki dan melakukan apapun atau menerima usaha,
gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak lagi tetapi terkandung
dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.
Berdasarkan
teori kinetika gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam
keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik
rata-rata dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan
suhu mutlak gas. Jadi energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan
energi kinetik dan potensial yang terkandung dan memiliki oleh
partikel-partikel didalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan energi
dalam gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas
akan menyebabkan perubahan energi dalam gas. Secara matematis perubahan energi
dalam gas dinyatakan sebagai:
Untuk
gas monoatomik
∆U = ……..….…………. (2.7)
Untuk
gas diatomik
∆U
= ……..….…………. (2.8)
Di
mana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah
konstanta umum (R = 8,31 J/mol K), dan ∆T adalah perubahan suhu gas.
2.12 Sistem Termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian
dari alam semesta yang kita tinjau. Sistem biasanya merupakan benda, tetapi
tidak selalu mempunyai volume yang konstan. Sebagai contoh, ruang kosong
didalam suatu bejana dapat dikatakan sebagai suatu sistem, atau bejana ini
sendiri berikut ruang kosongnya. Bila bejana berisi sebagian dengan air
dan sebagian uap air maka sistem dapat
dipilih air + uapnya. Untuk menghindari kekacauan, sistem tersebut dibatasi
oleh batas yang memisahkannya dengan bagian lain yang disebut lingkungan. Batas
dapat riil atau imajiner dan dapat pula bergerak, seperti apa yang terjadi bila
gas dikompresi.
2.13 Proses Reversible dan Irreversible
Keadaan
dari fluida kerja (liquid vapor atau gas) dapat dinyatakan oleh suatu titik
pada suatu diagram dengan menggunakan dua sifat miliknya sebagai koordinat.
Proses reversible dari suatu sistem adalah suatu proses yang berlangsung
sedemikian rupa dimana terjadi sedikit sekali perubahan sifat dari sistem. Ini
berarti bahwa system mengalami suatu seri langkah yang kecil tak terhingga di mana
pada setiap langkah selalu berada dalam kesetimbangan.
Didalam
praktek fluida yang mengalami proses perubahan tidak dapat berlangsung sacara
kesetimbangan. Proses ini dikatakan proses irreversible ditunjukan oleh garis
putus-putus. Garis putus-putus ini menunjukan adanya tekanan antara.
Definisi
yang tepat dari proses reversible adalah sebagai berikut bila suatu fluida mengalami
suatu proses reversible maka baik fluida maupun lingkungannya dapat selalu
dikembalikan ke keadaan awal.
Kriteria
untuk memperoleh keadaan reversible adalah sebagai berikut:
1. Proses
perubahan harus tanpa gesekan. Fluidanya sendiri tidak mempunyai friksi
internal dan tidak ada fraksi mekanis lainnya.
2. Perbedaan
tekanan antara fluida dan lingkungan selama yang proses berlangsung harus kecil
tak terhingga. Hal ini berarti bahwa proses yang berlangsung lambat sekali,
sehingga gaya untuk menggerakkan batas sistem kecil tak berhingga.
3. Perbedaan
temperatur antara fluida dan lingkungan selama proses berlangsung kecil tak
berhingga. Hal ini berarti panas yang diterima dan yang dibuang dari fluida
harus pindahkan secara lambat sekali.
Dengan
kriteria di atas dapat dijelaskan bahwa tidak ada proses alamiah dapat
tergolong sebagai suatu proses reversible. Tetapi beberapa proses mendekati
proses reversible seperti pada proses ‘rotary
machinery’ pada turbin merupakan proses irreversible tingginya tingkat
turbulensi (Yusuf Mu’min, 1985).
2.14
Hukum I Termodinamika
Jika
kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem
akan terlihat mengembang dan bertambah panas) sebaliknya jika kalor diambil
dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem dapat mengerut dan
terasa lebih dingin).
Prinsip ini merupakan hukum alam yang
penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.
Sistem
yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan system yang mengalami
perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang
diberikan pada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan melakukan atau
mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hokum
kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika,
ditulis sebagai:
Q
= W + ∆U ……..….…………. (2.9)
Di
mana Q adalah kalor, W adalah usaha, ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara
sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut “Jika suatu
benda, misalnya kerupuk dipanaskan atau digoreng yang berarti diberi kalor Q,
benda (kerupuk) akan mengembang atau bertambah panas yang berarti mengalami
perubahan energi dalam”.
2.15 Proses Isotermik
Suatu
sistem dapat mengalami proses termodinamika di mana terjadi perubahan-perubahan
di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu
konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu
tetap, tidak terjadi perubahan energi dalam, dan berdasarkan hukum I
termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan system. Proses
isotermik dapat digambarkan dalam grafik P-V. Usaha yang dilakukan sistem dan
kalor dapat dinyatakan sebagai :
Q = W = ln ……..….…………. (2.10)
Di
mana V2 dan V1
adalah volume akhir dan awal gas.
2.16 Proses
Isokhorik
Jika
gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas
berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan
kalor yang diberi sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor disini dapat
dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan.
QU
= ∆U ……..….…………. (2.11)
2.17 Proses Isobarik
Jika
gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan yang
konstan, gas melakukan usaha. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas
pada tekanan konstan. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik
berlaku:
QP = W +∆U ……..….…………. (2.12)
Sebelumnya telah dituliskan bahwa
perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan.
QV
= ∆U ……..….…………. (2.13)
Dari sini usaha dapat dinyatakan :
W
= QP – QV ……..….…………. (2.14)
Jadi usaha yang dilakukan oleh gas (W)
dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan
konstan dengan energi yang diserap gas pada.
2.18 Proses Adiabatik
Dalam
proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar
(dilepaskan) oleh sistem. Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama
denngan perubahan energi dalamnya. Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula
mempunyai tekanan dan volume masing-masing P1 dan V1
mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi P2 dan V2, usaha yang dilakukan gas
dapat dinyatakan sebagai:
W = -) ……..….…………. (2.15)
Di mana adalah konstanta yang diperoleh perbandingan
kapasitas kalor molar gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai
yang lebih besar dari 1(. Proses adiabatik
dapat digambarkan dalam grafik P-V pada proses isotermik, namun dengan
kelengkapan yang lebih curam (Dogra, S. 1990).
2.19 Hukum II
Termodinamika
Hukum II termodinamika terbagi
menjadi proses spontan dan tak spontan.
Proses
spontan adalah proses yang dapat berlangsung dengan sendirinya dan tidak dapat
balik tanpa pengaruh dari luar .
Manfaat Proses Spontan:
1. Energi panas dapat menggerakkan mesin
panas.
2. Ekspansi gas dapat menggerakkan piston (motor bakar).
3. Air
terjun untuk menggerakkan turbin listrik.
Proses
tak spontan adalah proses yang tidak dapat berlangsung tanpa pengaruh dari
luar. Contohnya adalah panas tak dapat mengalir dari suhu rendah ke suhu tinggi
tanpa pengaruh dari luar.
2.20 Entropi
Selain perubahan entalpi, perubahan
kimia maupun fisika melibatkan perubahan dalam relatif dari atom-atom, molekul-molekul
ataupun ion-ion. Ketidakteraturan suatu sistem disebut entropi. Contoh hukum II termodinamika:
1. Gas yang diwadahi dalam suatu labu 1L
memiliki entropi lebih besar daripada gas dengan kuantitas yang sama
ditempatkan dalam labu 10 ml.
2. Natrium Klorida dalam bentuk ion-ion gas mempunyai
entropi lebih tinggi daripada bentuk kristal padat.
3. Air (cair) pada suhu 0oC
mempunyai entropi lebih tinggi dari pada es dengan temperatur yang sama
(Sukarjo. 1984)
BAB
III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat – alat:
1. Tabung
reaksi dan rak secukupnya
2. Termometer
3. Sumbat
karet
3.1.2 Bahan – bahan:
1. Larutan
HCl 0,1 N 2ml
2. H2SO4
pekat 1 ml
3. Aluminium
Klorida 2 gram
4. Logam
Zn
3.2. Cara kerja
1.
Reaksi Penguraian
Diisi
2 tabung reaksi dengan 2 ml air suling, kemudian diukur suhunya dengan
termometer yang dicelupkan. Setelah mengangkat termometer pada tabung pertama,
di masukkan 2 gr NH4Cl dan dicatat suhunya. Pada tabung kedua diteteskan
larutan H2SO4 pekat 1 ml melalui dinding tabung dan
dicatat suhunya.
2. Reaksi
pada Ruangan Tertutup dan Terbuka
Diisi dua tabung reaksi
dengan HCl 0,1 N sebanyak 2 ml kemudian dimasukkan secuil longam Zn. Tabung
satu ditutup aluminium foil dan tabung kedua dibiarkan terbuka . Setelah 5
menit dicatat suhu masing-masing larutan yang ada di dalam tabung reaksi.
Tabung mana yang suhunya lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra,
S.1990. Kimia Fisika. Jakarta:
Universitas Indonesia
Kuncoro,
Priyo dan Ihsanuddin. 2008. Panduan Praktis
UN-SPMB. Jakarta: Erlangga
Sukarjo.1984.
Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta
Team
Jurusan Teknik Kimia. 2012. Penuntun Praktikum
Kimia Analisa. Lhokseumawe
Yusuf,
Mu’min. 1985. Diktat Termodinamika Teknik.
Bandung: Institut Teknologi Bandung
0 comments:
Post a Comment