BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu
reaksi kimia, bahwa perbandingan jumlah mol yang bereaksi sangat menentukan
jumlah mol hasil reaksi.
2.1 Konsep mol
Dalam
ilmu kimia mol adalah
satuan pengukuran jumlah yang standar. Ketikakita mereaksikan zat-zat tertentu,
zat tersebut bereaksi dengan perbandingan mol yang bulat dan sederhana tetapi
kita tidak dapat menghitung jumlah zat-zat tersebut secara langsung dengan
neraca. Neraca tidak dalam satuan kimia, yaitu mol. Mol menyatakan jumlah zat, satuan jumlah zat ini sama halnya dengan
penyederhanaan jumlah suatu barang. Dalam satuan SI satu mol tersusun dari 6,02×1023
molekul, nilai ini disebut sebagai tetapan Avogadro. Tetapan Avogadro adalah
bilangan yang menyatakan jumlah atom karbon yang terdapat dalam 12 gram δ-20,
dengan lambang L atau N. Dalam
kehidupan sehari-hari, jika
lusin menyatakan 12 buah maka mol menyatakan jumlah 6,022×1023 partikel
zat, kata partikel zat NaCl, H2SO4, N2 dapat
dinyatakan dengan ion dan molekul. Sedangkan pada unsur seperti seperti Zn, C,
Af, dapat dinyatakan dengan atom.
Tabel 2.1 Jumlah Partikel Dalam
Beberapa Zat
Nama
zat
|
Rumus
|
Jumlah
|
Jenis
partikel
|
Jumlah
partikel
|
Seng
|
Zn
|
1
mol
|
Atom
|
1×(6,022×1023)
|
Aluminium
|
Al
|
1
mol
|
Atom
|
1×(6,022×1023)
|
Natrium
klorida
|
NaCl
|
1
mol
|
Ion
|
1×(6,022×1023)
|
Air
|
H2O
|
1
mol
|
Molekul
|
1×(6,022×1023)
|
Rumus
molekul kimia suatu menunjukkan perbandingan jumlah atom yang ada dalan senyawa
tersebut (Underwood,1986).
2.1.1 Penerapan Konsep Mol pada Gas
Gas Ideal
Robert Boyle (1663) menyatakan bahwa, hubungan antara
tekanan dan volume gas pada perubahan keadaan dengan massa dan suhu sistem yang tetap, menentukan bahwa
tekanan berbanding terbalik dengan volume. Percobaan Gay-Lussac menunjukkan
volume gas adalah fungsi dari suhu pada setiap perubahan dimana tekanan dan
massa dijaga tetap persamaannya, yaitu:
PV = nRT
Dimana:
P= Tekanan
N= jumlah mol (mol)
R= Tetapan gas (0,0821 dan mol-1)
T=
Suhu K
P=
jika, n= 1 atm
R=
0,0825 L/mol.det
T=
273 K
Vm= 1 mol × 0,0823 L/mol.det.273
(Bakti,
Rivai, 2010)
2.1.2 Penetapan Konsep Mol pada Larutan
Larutan
1 molar (M) adalah larutan yang mengandung satu
mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Persamaaannya
yaitu :
M
=
Dimana:
M = kemolaran
N = mol
V = volume
2.1.3 Persen Komposisi
Persen komposisi adalah persentase
setiap unsure dalam senyawa. Dapat dihitung dari rumus senyawa dan massa atom
relatif unsur.
Persentase
unsur =
2.2 Rumus Senyawa
Rumus
senyawa digunakan untuk menentukan persen komposisi unsur secara experimen.
Pada tersebut ditentukan dengaan rumus empiris dan rumus molekul senyawa
tersebut.
2.2.1 Rumus empiris
Rumus
empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan
atom-atom dari berbagai unsur dari senyawa. Rumus empiris digunakan untuk
zat-zat yang tidak terdiri dari molekul-molekul distift, misalnya NaCl untuk
natrium klorida MgO untuk magnesium oksida dan CaCO3 untuk kalsium
karbonat .
Rumus empiris dapat
ditentukan dari data:
a.
Macam unsur dalam senyawa (analisa
kualitatif)
b.
Persen komposisi unsur analisa
(kuantitatif)
c.
Massa relatif unsur-unsur yang
bersangkutan
Cara
menentukan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dalam tahap-tahap beriku
:
a.
Tentukan massa dalam setiap unsure dalam
senyawa massa tertentu, senyawa atau persen massa setiap unsur-unsur dari data
ini dapat diperoleh massa relatif
unsur yang terdapat dalam senyawa.
b.
Membagi massa setiap unsur dengan massa
atom relatif, sehingga memperoleh perbandingan mol setiap unsur atau
perbandingan atom.
c. Mengubah perbandingan yang diperoleh
diatas menjadi bilangan sederhana dengan cara membagi dengan bilangan bulat.
2.2.2
Rumus Molekul
Rumus
molekul memberikan jumlah molekul atau mol. Data yang diperlukan untuk menentukan
rumus molekul, yaitu:
a.
Rumus Empiris
b.
Massa Molekul Relatif
Rumus kimia menentukan
perbandingan atom unsure-unsur yang menyusun suatu zat. Dengan mengetahui
reaksi kimia zat tersebut, kita dapat
mereaksikan pereaksi-pereaksi sedemikian rupa. Sehingga zat yang terbentuk
mamiliki perbandingan atom unsure-unsur penyusun yang sesuai dengan rumus
kimianya. Sebagai contoh, karbon monoksida (CO) mempunyai perbandingan antara
atom C dengan atom O sama dengan (=) yang berarti perbandingan atom-atom
dalam rumus kimianya.
Rumus molekul merupakan
kelipatan bulat dari rumus empiris. Oleh karena itu, rumus molekul suatu
senyawa dapat dituliskan sebagai (RE)x dengan RE sebagai rumus
empiris dan x sebagai bilangan bulat.
2.2.3 Massa Molar
Suatu
mol unsur mempunyai massa yang besarnya sama dengan massa atom unsure tersebut
dalam gram. Massa 1 mol zat disebut dengan massa molar. Massa molekul relatif dan rumus relatif suatu senyawa dapat diketahui dari
penjumlahan massa atom relatif
unsur-unsur penyusun senyawanya.
2.3 Massa Atom Relatif
Hidrogen
adalah unsur-unsur yang mempunyai atom paling ringan dan massanya ditentukan
sebesar satu satuan. Demikian valensinya adalah kemampuan bersenyawa suatu
unsur dan hidrogen digunakan sebagai dasar skala. Massa atom unsur ditentukan
dengan cara membandingkan massa atom rata-rata unsur tesebut terhadap massa rata-rata satu atom karbon 12 sehingga
massa atom yang diperoleh adalah massa atom relatif (Ar).
Massa atom relatif=
Massa ekivalen untuk semua unsur:
Massa ekivalen =
Massa
atom relatif
=
(Keenan, 1990)
2.4 Reaksi Kimia
2.4.1 Arti Persamaan Reaksi
N2 + 3H2 2NH3, persamaan ini menjelaskan bahwa 1 molekul
hidrogen menghasilkan 2 molekul amonia, setiap jumlah nitrogen dan hidrogen
dengan perbandingan 1:3 menghasilkan amonia sebanyak 2 kali molekul nitrogen
yang bereaksi. 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mol amonia.
2.4.2. Macam-Macam Reaksi Kimia
1. Reaksi sintesa
Reaksi
sintesa yaitu pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya.
Contoh : Fe + Cl2
FeCl2
2. Reaksi metatesis
Reaksi
metatesis yaitu pertukaran antara senyawa.
Contoh : NaCl + NaOH AgCl + NaNO3
3. Reaksi asam-basa
Disebut
juga reaksi penetralan.
Contoh : HCl + NaOH NaCl + H2O
4. Reaksi redoks
Contoh : K2SO4
+ O2 K2SO4
2.4.3. Penyetaraan Persamaan Reaksi
Penyetaraan
persamaan reaksi ialah sebagai berikut :
a.
Harus diketahui rumus zat pereaksi dengan
rumus produk reaksinya.
b.
Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan
jumlah atom unsur dalam produk relatif.
c. Koefisien
rumus diubah menjadi bilangan bulat, terkecil, koefisien reaksi merupakan
perbandingan jumlah pereaksi dari zat yang terlihat dalam reaksi.
2.4.4. Bilangan oksidasi
a. Bilangan
oksidasi setiap atom adalah unsur bebas sama dengan nol (hidrogen dalam H2,
belerang dalam SI, fosfor dalam P4, semuanya mempunyai bilangan
oksidasi nol).
b. Dalam
senyawa bilangan oksidasi ficur sama dengan -1
c. Bilangan
oksidasi dalam ion sederhana sama dengan muatannya dalam senyawa bilangan
oksidasi unsure golongan AI, sama dengan +1, sedangkan AII sama dengan +2.
d. Bilangan
oksidasi hidrogen, dalam senyawa hidrogen sama dengan +1 kecuali dalam hibrida
logam seperti NaOH, C4H2 sama dengan -1
e. Bilangan
oksidasi oksigen dalam senyawa sama dengan -2, kecuali dalam peroksida sama
dengan -1 dalam OF2 sama dengan +2, dan seperoksida -.
f. Untuk
senyawa netral, jumlah bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap atom sama
dengan nol.
g. Untuk
semua ion, jumlah mol bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap atom sama
dengan muatan nol
(Brady, 1999)
2.5. Pereaksi pembatas
Pereaksi
yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas, karena membatasi kemungkinan
pereaksi itu bereaksi kembali. Produk reaksi ditentukan oleh pereaksi pembatas.
Contoh : 2Zn + O2
2ZnO
Reaksi pembatas adalah reaksi yang terdapat dalam jumlah
stoikiometri terkecil. Reaktan berlebih adalah reaktan yang terdapat lebih dari
pada reaktan pembatas. Persen berlebih dari sebuah reaktan dkdasarkan pada
jumlah kelebihan reaktan pembatas sesuai dengan persamaan kimia, yaitu :
%kelebihan = 100%
(Rosen Berg, 1996)
BAB
III
METODELOGI
PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat – alat
1. Tabung reaksi 10 buah dan rak tabung
1 set
2. Penggaris 1 buah
3. Pipet volume dan bola penghisap
3.1.2 Bahan – bahan
1. Larutan Pb(NO3)2
0,2 M 50 ml
2. Larutan KI 0,2 M 50 ml
3. Larutan K2Cr2O4
0,1 M 50 ml
3.2
Cara Kerja
1.
Dimasukkan
larutan Pb(NO3)2 0,5 M dan larutan KI 0,5 M ke dalam 5 buah tabung reaksi:
Tabung A B C D E
Pb(NO3)2 1 3 5 7 9
KI 9 7 5 3 1
2. Dikocok setiap campuran, kemudian biarkan
endapan turun selama lebih kurang 20 menit.
3. Diulangi cara kerja diatas dengan
menggantikan larutan KI dengan larutan K2Cr2O4.
DAFTAR
PUSTAKA
A.L.Underwood,R.A.Day.JR.1986.Analisa Kimia Kuantitatif.Edisi:5.Jakarta:
Erlangga
Bakti, Rivai dkk.2010.Penuntun
Prktikum Kimia Dasar I.Indralaya: Universitas
Sriwijaya
Brady,James E.1999.Kimia
Universitas Asas dan Struktur.Jakarta: Binarupa
Aksara
Keenan, Charles W.1990.Kimia
Untuk universitas.Jilid I,Ed:6.Jakarta:Erlangga
Rosen Berg,Jeroinel.1996.Kimia
Dasar.Ed:6.Jakarta:Erlangga
LAMPIRAN II
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN
1.
Buatlah
grafik tinggi endapan pada masing-masing nomor tabung untuk masing-masing
percobaan !
2. Berapakah perbandingan jumlah mol Pb(NO3)2
dan KI yang bereaksi berbanding
sebagai bilangan bulat dan sederhana !
Penyelesaian :
1
2. Perbandingan jumlah mol Pb(NO3)2 dan KI yang bereaksi berbanding sebagai
bilangan bulat dan sederhana, ialah :
Pb(NO3)2
Mr Pb(NO3)2 = Ar Pb + 2 Ar N + 6 Ar O
= 207 + 28 + 32
= 331 gr/mol
M=
M= x
Gr = 331 =
3,31 gram
1000
n Pb(NO3)2 =
gr/Mr = 3,31/331 = 0,01 mol
KI
Mr KI = Ar K + Ar I
=
39 + 127
=
166
M = gr x 1000
Mr V (mL)
= gr x 1000
166
50 mL
gram =
= 1,66 gram
n KI=
=
=0,01 mol
Perbandingan mol Pb(NO3)2 : mol KI = 1 : 1
LAMPIRAN
III
GAMBAR
ALAT-ALAT
Gambar
dan nama alat
|
|
Tabung
reaksi
|
Rak
tabung reaksi
|
Pipet
volume
|
Bola
penghisap
|
Kak boleh mintak gambar nya gak??
ReplyDelete